A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Pada bab I telah dijelaskan pengertian
filsafat, maka pada bab VIII ini dijelaskan pula pengertian filsafat pendidikan
Islam. Membahas filsafat pendidikan Islam berarti kita memasuki arena pemikiran
yang logis dan universal (menyeluruh), sintematis (teratur), dan radikal (mendalam) tentang pendidikan.
Berpikir secara filosofis pada hakikatnya adalah upaya menggerakkan segenap
potensi psikologis manusia yang meliputi pikiran atau kecerdasan, perasaan,
kemauan,ingatan serta pengamatan panca indera tentang fenomena kehidupan
terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Allah. Keseluruhan proses
pemikiran tersebut dilandasi dengan teori-teori dari berbagai disiplin ilmu dan
dengan pengalamana-pengalaman yang mendalam dan luas tentang berbagai masalah
kehidupan manusia dan realita dan alam jagat raya dan dalam diri manusia itu
sendiri.
Filsafat Pendidikan Islam tidak lain
adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaedah filsafat Islam dalam bidang
pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam. (Al-Syaibany, 1979: 21).
Fisafat
pendidikan Islam merupakan hasil buah pikiran yang bercorak khas Islam. Filsafat
pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang pendidikan yang
bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam (Arifin,1987).
Filsafat
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosifis dari
sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah kependidikan dan
bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia Muslim dan
umat Islam. Di samping itu filsafat pendidikan Islam, juga merupakan studi
tentang penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam
memecahkan problematika pendidikan umat Islam,
dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan
pendidikan umat Islam. (Zuhairini, dkk. (2004:128).
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa filsafat
pendidikan Islam merupakan kajian secara filosofis mengenai berbagai problema
pendidikan yang bersifat filosofis secara menyeluruh, sistematis, dan mendalam
baik teoritis maupun praktis berdasarkan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan
Hadis.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Ruang
lingkup pemikiran filsafat tentang pendidikan Islam tidak hanya terbatas pada
metode, sistem dan evaluasi pendidikan, namun filsafat pendidikan Islam
memberikan pandangan objektif yang mendasar tentang kebutuhan manusia terhadap
pendidikan. Apabila ditinjau dari ajaran Islam, di mana kemampuan dalam segala
bidang kehidupan harus dikuasai oleh setiap manusia. Dalam hal ini filsafat
pendidikan Islam berusaha menunjukkan arah kemana pendidikan Islam itu harus
ditujukan. Pandangan yang demikianlah baru dapat dikatakan bahwa filsafat
pendidikan Islam itu dapat dikatakan fungsional dalam perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan Islam.
Mengingat
filsafat pendidikan Islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak
dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan dan
pengalaman ke Islaman semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan
pengalaman yang luas seluas aspirasi masyarakat muslim, maka pandangan dasar
yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan teoritis dan
praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah kependidikan
yang ada dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa
mengalami kemandegan. Inilah salah satu ciri masyarakat modern sekarang,
dinamika (geraknya) terus melaju sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidupnya yang
semakin meningkat. (Arifin, 1987 : 28-29)
Secara
teoretis maupun praktis filsafat pendidikan Islam mempunyai landasan dan dasar
dari Al-Quran dan Sunnah Rasul Saw yang harus diterapkan dan menjawab masalah
pendidikan. Jika kita perhatikan Al-Quran Surat Al-‘alaq ayat 1 – 5, maka akan
didapat masalah-masalah filsaafat pendidikan yang pokok:
a. Masalah Kenyataan.
Dalam
firmanNya itu Allah Swt menyuruh ummat manusia untuk mencari hakekat segala
sesuatu yang dihadapinya, tentang Khalik dan makhluk dan tentang alam semesta .
Masalah ini dibicarakan dalam cabang filsafat yang disebut Metafisika.
b. Masalah Pengetahuan.
Dalam
ayat tersebut mengandung pengertian
bahwa dengan imu pengetahuan ummat manusia akan memperoleh kemajuan dan
peningkatan kesejahteraan hidup dan kehidupan lahir batin. Allah Maha Pendidik,
telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum mereka ketahui. Masalah ini
dibicarakan dalam cabang filsafat yang disebut Epistemologi yang
membahas bagaimana suatu materi dapat diterima akal manusia. Dalam hubungan ini
ilmu logika sangat membantu untuk pemecahannya.
c. Masalah Nilai.
Ayat
tersebut juga mengandung makna tentang nilai. Nilai ilmu pengetahuan itu harus
berasaskan keagamaan, karena setiap ilmu pengetahuan itu akan memberikan
pengaruhnya terhadap watak dan sikap tingkah laku orang yang menguasainya.
Nilai atau norma tingkah laku akan dijadikan pegangan dan pedoman dalam
kehidupan, nilai ini sangat erat hubungannya dengan ilmu etika. Cabang filsafat
yang membicarakan masalah ini disebut Axiologi
(Soekarno dan Ahmad Supardi,1990:13-14).
Dengan demikian jelaslah bahwa hasil pemikiran filsafat tentang
pendidikan Islam itu merupakan pola pikir dari pemikir-pemikir yang bernafaskan
Islam atau berkepribadian Muslim. Dan seluruh permasalahan yang menyangkut
kehidupan ummat manusia yang berpengaruh terhadap ummat Islam juga termasuk
pemikiran filsafat pendidikan Islam, seperti masalah perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), masalah pengaruh arus globalisasi terhadap
perubahan sosial, masalah akhlak generasi muda, dan sebagainya.
C. Sumber Filsafat Pendidikan Islam
Sumber pokok filsafat pendidikan
Islam adalah Kitab suci Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah. Sumber-sumber filsafat
pendidikan Islam berisi informasi dasar kewahyuan (revelatif) yang telah
tersedia di dalam kitab Suci Al-Qur`an di mana di dalamnya kaya akan Implikasi
kependidikan,justru karena kitab suci ini diturunkan Allah untuk mendidik
makhluk Sekalian alam. Informasi dasar yang tersedia dalam Al-Qur`an diperkaya
dengan Sunnah Rasulullah Swa sebagai
penjelasan dan pemantapan makna dalam pengalaman nilai-nilai Mengacu kedalam
dinamika kehidupan masyarakat ummat manusia secara universal.
Dalam
artian yang lebih aktual, filsafat pendidikan Islam berusaha menguakkan rahasia
Kehidupan ummat manusia dimana faktor watak kejadiannya yang alami (tabi`iy) baik
yang bersifat psikologis maupun fisiologis,menjadi motor penggerak kehidupannya.
Ia menjadi sarana untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai individual
dan sebagai makhluk sosialyang cenderung untuk mencari “homeo-statistik (keseimbangan
bathiniah) dalam dirinya dan harmonisasi dalam pola hubungan yang serba
berseimbangan antara dirinya dengan Tuhanya, antara dirinya dengan masyarakat
serta dengan tuhannya.
Suatu keadaan yang equilibrium (berkesinambungan) dalam kehidupan
manusia muslim secara lahiriah dan rohaniah, senantiasa menjadi fokos dari cita
seorang muslim yang sadar akan eksistensinya, terutama bila ia akan sadar
kedudukannya sebagai “khalifah di muka bumi” maka keyakinan terhadap kebenaran
nilai-nilai Islami yang mutlak, selalu beresonansi ke arah makna hidupnya di
dunia. Kehidupan dunia bagi seorang muslim merupakan arena perjuangan untuk
meraih kebahagiaan di alam akhirat
nanti.
Dengan demikian dinamika kehidupan
manusia mulim adalah prinsip ajaran Al-Qur`an (seperti dalam surat Ar-Ra`du:11)
yang menggambarkan fitrah kemanusiaan
yang universal sejalan dengan tugas Nabi
Adam diturunkan ke dunia.
Dan taklif dari syariah Islamiayah
yang diterapkan Allah Swt terhadap manusia ada di dalam jangkauan daya
kemampuan yang tabi`iy, bahkan intensitas taklif itu di sesuaikan dengan kadar
kemampuan manusia secara individual. Pertimbangan akan perbedaan tempat atau
lingkungan hidup dan waktu pun merupakan kategori pembeda intensitas taklif
tersebut. Itulah sebabnya mengapa filsafat pendidikan Islam senantiasa melihat
bahwa anak didik sedang berada di dalam proses perkembangan menuju titik
optimal kemampuan dalam menjalankan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi
larangan laranganNya.
Terhadap pendidik muslim, yang harus
memiliki jiwa “mawaddah dan rahmah” kepada anak didik yang sedang berada dalam tahap
fase proses perkembangan itu wajib memandang anak didiknya bukan sebagai
individu yang dewasa dalam bentuk kecil, atau tidak menyadari sebagai “penentu”
dari proses transformasi nilai-nilai Islami yang diinternalisasikan ke dalam
jiwa anak didik, bahkan lebih fatar lagi jika pendidikan muslim tidak berfungsi
sebagai pembawa norma Islami yang manifestasikan ke dalam perilaku yang
“uswatun hasanah “ di depan anak didiknya, maka proses perkembangan anak didik
akan tidak dapat dipengaruhi atau diarahkan ke arah tujuan yang optimal.
Pentingnya sikap idealistis pendidikan muslim yang misional dalam proses
kependidikan yang ditangani perlu dimaksimalkan dan ditingkatkan.Tahap awal nya
adalah kenyakinan akan kebenaran misi kependidikan yang dibawanya sepanjang
kegiatan profesionalnya,ia menjadi pendukung normal (norma drager) dari misi
Islam yang dibawakannya. Ia adalah determinan bagi pencapain tujuan pendidikan
Islam yang menjadi intinya (core) proses pendidikan.
Pendidikan muslim yang aspiratif
terhadap kecenderuangan perkembangan fitrah anaka didik senantiasa berikhtiar
secara sistematis berencanaan untuk mengarahkan proses perkembangan itu ke
dalam ruang lingkupnya yang selaras dengan harkat kemanusiaan anak didik.Ia
mampu menempatkan anak didik tidak hanya sebagai sasaran (objek)dari proses
kependidikan, melainkan juga mampu menjadikan mereka pelaku (subjek) dalam
proses tersebut. Dengan demikian maka anak didik akan mampu melakukan
self-Education (mendidik dirinya sendiri) di samping menerima pendidikan orang
lain (education bay other). Kedua Proses tersebut berlangsung secara dialektis.
D. Tujuan Pendidikan Islam
Suatu pendidikan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya
adalah suatu perwujudan nilai-nilai ideal yang berbentuk dalam pribadi manusia
yang dicita-citakan. Nilai-nilai ideal tersebut mempengaruhi dan mewarnai pola
kepribadian manusia,sehingga menampak atau nyata dalam perilaku lahiriahnya
sehari-hari. Dengan kata lain perilaku lahiriah seorang manusia adalah cermin
yang memproyeksikan nilai-nilia ideal yang telah mengacu dalam jiwa manusia
sebagai hasil dari proses pendidikan yang dialaminya.
Berbicara mengenai tujuan pendidikan
Islam berarti kita berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami.
Hal ini mengandung nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman
dan taqwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yanga harus di taati (Arifin,1987:119).
Uraian di atas dapat di pahami bahwa inti pokok dari tujuan
pendidikan Islam itu tersimpul pada keta’atan manusia kepad kekuasaan Allah
yang mutlak itu mengandung makna menyerahkan diri secara total kepadaNya.
Penyarahkan diri secara total kepada Allah merupakan wujud dari segala
aktivitas pendidikan yang dilaksanakan oleh manusia itu sendiri.
Pendidikan Islam yang di dasari oleh filsafat pendidikan Islam dengan nilai
Islami dari sumber Al-Qur`an Sunnah Rasulullah Saw, arus memanifestasikan makna
hakiki dari cara hidup Islam (Islamic
way of life). Oleh karena itu pengertian
Filsafat pendidikan Islam sama
sebangun dengan aspirasi dan tuntutan hidup ummat Islam sepanjang zaman.
Aspirasi dan tuntutan hidup ummat
Islam jelas menunjukkan 2 arah yaitu:
1. Kemampuan menggali, mengelola dan
memanfaat kan bumi bagi kesejahteraan hidupnya di dunia untuk bekal bagi hidup akhiratnya.Untuk
itu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern merupakan conditiosine qua
non.
2. Kemampuan memahami,menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan
sempurna Di atas fondasi iman dan ketaqwaannya kepada terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kami) yang tegar dan dinamis dalam arena perjuangan hidup
ummat manusia di atas bumi. (Arifin, 1987:179).
Kemampuan tersebut digambarkan dan
dituangkan ke dalam kurikulum pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan secara integrated
simultan.
Tujuan pendidikan Islam yang bermakna
merealisasikan nilai cita Islami harus bercorak akomodatif terhadap kedua
tuntutan hidup tersebut dia atas. Konseptualisasinya secara fundamental
bersumber pada ajaran Al-Qur`an dan sunnah Rasulullah Swt, antara lain terkandung dalam makna ayat 11 surat Al-Mujaalah
dan sabda Nabi,”barang siapa yang bertambah ilmunya, akan tetapi tidak
bertambah petunjukdari Tuhan,dan bertambah imannya,maka ia tidaklah bertambah
melainkan jauh dari Tuhannya”.
E. Metode Pendidikan Islam
Untuk merealisasikan cita-cita Islami, metode merupakan suatu
faktor pelancar dari proses kependidikan.Oleh karna metode lebih bila di lihat
dari fungsinya adalah sebagai sarana, maka secara filosofis ia memiliki
aspek-aspek monovalent dan polyvalent,yang dalam penerapannya bercorak
monopragmatis (kegunaan tunggal ) dan polypragmatis (kegunaan ganda).
Oleh karna itu efektivitas
cita-suatu metode berpulang kepada pemakaiannya ke arah mana metode itu
diarahkan dan untuk apa metode itu dipergunakan serta bagaimana metode itu
dipergunakan secara tepat guna supaya berhasil guna bagi pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
Sebuah pisau bedah bisa dipakai untuk tujuan penyembuhan oleh dokter,
tetapi untuk tujuan lain seperti untuk
membunuh juga dapat berfungsi, demikian pula untuk tujuan yang lain.
Di dalam penggunaan metode filsafat atau pandangan hidup pemakai (dalam
hal ini proses pendidikan pendidik sebagai pemakai) adalah menjadi faktor
penentunya. Oleh karena itu para pendidik adalah determinan dari metode
pendidikan yang dipergunakan kenetralan suatu metode menuntut para pemakai
untuk mengetahui ketepatan kedayagunaan di manapenerapannya yang akurat sesuai
sarana menuntut kemampuan tersen sendiri bagi para pemakainya.
Jadi suatu metode pendidikan
tidaklah memiliki kemutlakan guna,akan tetapi juga tidak mempunyai corak watak
oportunistis dalam dirinya,sebab setiap ilmu pengetahuan melahirkan metodenya
sendiri yang selarah (inheren).
Dalam hubungan ini pendidikan Islam berdasarkan filsafat yang yang
mengara tujuannya, melahirkan metode yang sejiwa dan selaras dengannya. itulah
sebabnya tidak semua ilmu pengetahuan dapat diterapkan dalam proses
kependidikan Islam. Persyaratan suatu metode dalam proses kependidikan Islam
berpangkal pada idealitas Qurani yaitu sikap lemah lembut, kasih sayang,
bijaksana (hikmah) dan contoh tauladan yang baik serta mau`idzah hasanah, seperti
tersirat didalam firman Allah Swt dalam surat An-Nahl.
Sistem metodologis yang dinyatakan dalam Al-Quran bersifat multi
approach yang meliputi antara lain :
a. Pendekatan relegius yang menitip beratkan
kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa relegius dengan
bakat-bakat keagamaan.
b. Pendekatan yang memandang bahwa manusia
adalah makhluk rasional atau homo rattionale, sehingga segala sesuatu
yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan
berfikirnya dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
c. Pendekatan sosiokoltural yang bertumpu
pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan
berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius dan homo sapiens
dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Dengan demikian pengaruh
lingkungan dan kebudayaannya sangat besar artinya bagi proses pendidikan
individualnya.
d. Pendekatan scientific yang dititik
beratkan pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif) ,
berkemauan (konatif) , dan merasa (emosional) atau (afektif). Pendidikan harus
dapat mengembangkan kemampuan analitis-sintetis dan reflektif dalam berfikir
(Arifin,2009: 67).
Metode pendidikan islam sangat menghargai
kebebasan individu, selama kebebasan tersebut sejalann dengan fitrahNya,
sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak terkesan memaksa peserta
didiknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrahNya, akan tetapi sebaliknya
pendidik harus bertanggung jawab membentuk karakter peserta didiknya. Pendidik
tidak boleh duduk diam ketika peserta didiknya memilih jalan yang salah.
Upaya pendidik untuk memilih metode
yang tepat dalam mendidik peserta didik adalah disesuaikan pula dengan tuntutan
agama. Jadi, dalam berhadapan dengan pesserta didik, seorang pendidik harus mengusahakan
agar pelajaran yang diberikannya mudah diterima. Pendekatan ini tidak cukup
bersikap lemah lembut saja. pendidik harus pula memikirkan metode yang cocok
unuk digunakannya, memilih waktu yang tepat, materi yang cocok, pendekatan yang
baik, efektivitas penggunaan metode dan sebagainya. Selain itu, harus pula
diperhatikan tahapan-tahapan penggunaan metode (Ramayulis dan Samsul
Nizar,2009: 216).
Dengan
demikian penggunaan berbagai metode dalam pendidikan dengan berbagai bidang
ilmu pengetahuan harus sejalan dengan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran
dan Hadis.
F.
Permasalahan pendidikan Islam
Permasalahan pendidikan Islam dilihat dan analisis filosofi,dapat
dapat dikelompokan kedalm tiga wawasan problematik sebagai berikut;
1. Permasalahan content (isi) pendidikan Islam.Hal ini
menyangkut kepada sejauh mana program pendidikan Islam harus ditetapkan dan
ssejauh mana kemampuan pelaksana program (guna/pendidik dapat merealisasikan.
Kemudian permasalahannya ini berlanjut kepada sarana kelembagaan atau sistem
kelembagaan yang bagaimana dapat melaksanakan
program sehingga mampu maenghasilkan output yang selaras dengan
cita-cita Islam.
2. Metode juga merupakan permasahan yang
memerlukan
analisis-analisisfilosofis.permasahan nyan yang harus dijawab adalah
metode apa sajakah yang berdaya guna dan tepat guna serta yang menghasil guna
bagi mencapai tujuan. Sampai dimana kelenturan suatu metode dapat
dipergunakan.Apakah sifat kenisbian suatu metode perlu dijadikan tolak ukur
dalam operasionalisasi kependidikan. Mengapa beberapa metode perlu diciptakan
dan sebagainya.
3. Tujuan pendidikan (aim of education) yang
bagaimana dan sejauh mana dapat mencerminkan
Idealitas
dari nilai–nilai yang hendak dihujudkan dalam kenyataan pribadi anak didik
sebagai produk dari proses pendidikan.(Arifin,1987:181)
Dalam hubungan ini,faktor kemampuan natural fitriyah manusia secara individual dan kelompok
menjadi pusat sarana proses kependidikan manusia memiliki “fitrah Islamiyah
“yang dapat dipengaruhi ke arah perkembangan yang beraspek ganda (multi aspek
dalam konfigurasi fitrahnya,yaitu
bakat-nakat yang berkerangkan acuan pada
daya kognitif,daya efektif dan daya psikomotorik.Dan optimal pengembangan
bakat-bakat itulah berakhir pada sosok Islam sebagai”shibghah “yang dikehendaki
oleh Allah Swt..
Sebagai suatu pencerminan idealitas yang penuh dengan nilai-nilai
Islami,tujuan pendidikan Islami sudah barang tentu harus mampu memberikan citra
Islami yang utuh menggejala dalam perilaku jahiriah dan batiniah dari manasia
muslim hasil proses kependidikan Islam itu.
Tujuan pendidikam Islam yang paling tinggi tidak lain adalah
terbentuknya sikap penyerahan diri secara total dari seorang muslim kepada
kekuasaan Allah SWT,seperti tercemin dalam pernyataan:”sesungguhnya shalatku,ibadah
ku dan hidup-matiku hanya untuk Allah pendidikan sekalian alam “
G. Sistem Pendekatan Pendidikan Islam
Sistem pendekatan filsafat
pendidikan Islam yang memberikan corak pandangan dan pemikiran filosofis dalam
mengkaji dan menganalisa permasalahan kependidikan. Oleh karna filsafat
kependidikan Islam memberi pandangan dasar terhadap teorisasi dan
operasionalisasi kependidikan Islam,maka sistem pendekatannyapun harus
bersumberkan ajaran Islam.Namun sumber-sumber lain yang non Islami,dijadikan
suplemen yang mendukung validitas sumber Islami.
Oleh karna itu seorang
pemikir dan menganalisa permasalahan kependidikan Islam secra filosof,lebih
dahulu harus meletakkan posisi dirinya didalam subjektivitas Islami, kemudian
membentuk kerangka acuan yang memberikan ruang justifikasi dari sumber
pemikiran non-Islami yang secara intrinsik mengandung suatu kebenaran yang
objektif.
Dari sistem pendekatan tersebut melahirkan konsep-konsep pemikiran
filosofi yang menjadi sumber dari teorisasi pendidikan Islam.Oleh karna itu
filsafat pendidikan Islam tidak memberikan asumsi-asumsi,hipotesa kependidikan
Islam,melainkan mencari sesuatu problem yang dianlisa secara filosofi.Tiap
prolem kependidikan yang timbul dari hidup manusia itu sendiri.Kehidupan adalah
pendidikan,dan pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.
Filsafat pendidikan Islam terus berkembang seirama atau selaras
dengan perkembangan masyarakat manusia yang secara universal adalah mempunyai
kesamaan aspirasi berapa kebebasan,kesejahteraan, kedamaian,dan kebahagiaan
hidup di dunia dan diakhirat,sebagai doa yang sering kita panjatkan kepada Allah Swt yaitu:”ya Tuhan kami, berilah kepada kami kebahagiaan di dunia dan
kebahagiaan diakhirat,dan jaukanlah kami dari azab api neraka”.
Comments
Post a Comment